Kelompok Tani Bukit Gompong Sejahtera Dorong Implementasi Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Solok
Kab. Solok – Ketua Kelompok Tani Bukik Gompong, Wahyu mengungkapkan komitmen kelompoknya dalam menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi agroekosistem di Kabupaten Solok. Menurutnya, penggunaan metode pertanian ramah lingkungan seperti Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan pertanian organik sangat penting untuk mengatasi degradasi tanah yang menghambat keberlanjutan produksi pertanian di wilayah tersebut.
Wahyu menekankan pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan biaya yang optimal. “Petani harus mampu mencapai keseimbangan yang tepat antara hasil yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan, guna memastikan keberlanjutan usaha pertanian mereka,” ujar Wahyu. Menurutnya, efisiensi sumber daya sangat diperlukan agar petani dapat mempertahankan daya saing dan menghasilkan produk berkualitas dengan biaya yang terjangkau.
Kelompok Tani Bukik Gompong Sejahtera juga telah mengidentifikasi keterbatasan kondisi terroir dan topografi yang kurang mendukung untuk pertanian pangan secara maksimal di wilayah Bukik Gompong. Sebagai solusi, mereka menerapkan sistem rotasi dan pergiliran tanaman yang melibatkan beberapa jenis tanaman pangan seperti tanaman serealia, kentang, dan umbi-umbian. Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga keberagaman hasil pertanian dan meminimalkan risiko penurunan hasil produksi akibat kondisi tanah yang terbatas.
Selain itu, kelompok tani ini juga fokus pada pengembangan pertanian hortikultura organik seluas 1,5 hektar dan 20 hektar kebun kopi organik yang saat ini sedang dalam proses sertifikasi standar Eropa. Untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut, Kelompok Tani Bukik Gompong Sejahtera juga aktif melakukan edukasi kepada para petani lokal, agar mereka dapat lebih memahami kondisi alam dan tanah di Kabupaten Solok. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Wahyu menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara yang menghadapi krisis pangan, melainkan krisis petani. “Penting bagi para petani untuk menyadari potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam sektor pertanian dan memanfaatkan kekayaan alam secara lebih optimal,” ungkapnya. Ia juga mengajak petani untuk berkolaborasi, berinovasi, dan menciptakan produk pertanian yang mampu bersaing di pasar global dengan prinsip pertanian berkelanjutan yang mengutamakan keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.